oleh: Hana Safitri
Apa kabar mahasiswa? Sudah seberapa lamakah engkau menjadi mahasiswa? Kemungkina besar jawabnnya ada yang baru beberapa bulan saja, bahkan beberapa hari, ada yang sudah setahun bahkan bertahun-tahun. Bagaimana rasanya menjadi mahasiswa, mahasiswa baru? Apakah sesuai ekspektasi atau sebaliknya? Ada keluhan atau sudah bergelimang keluhan?
Yah, begitulah hidup. Setiap orang memiliki massanya masing-masing, ada massa di mana pundaknya semakin diberatkan dengan kewajiban-kewajiban yang kadang tak tahu dari mana asalnya. Terlebih lagi ketika seseorang memilih untuk meningkatkan levelnya, misal dari level anak SD menuju ke level SMP, tentu beban yang dipikulnya sudah tak seringan anak SD lagi, begitu juga ketika anak SMP memilih untuk menaiki levelnya menjadi anak SMA dan anak SMA yang memilih menaiki levelnya menjadi seorang mahasiswa atau yang lebih ekstrim lagi membina sebuah rumah tangga *woooow*. Di sini penulis menggunakan kata “memilih”, mengapa demikian? Karena untuk menaiki level itu tersendiri merupakan suatu pilihan, pilihan untuk menambah kewajiban-kewajiban yang ada pada tiap levelnya.
Ketika menjadi mahasiswa, bertambah pula kewajiban kita. Pertama dan paling utama yaitu kewajiban kita sebagai seorang anak yaitu berbakti kepada orang tua. Ketika kita sadar kewajiban kita sebagai seorang anak tentunya segala kewajiban dan amanah yang kita dapatkan dari orangtua harus kita laksanakan. Perlu diingat definisi kewajiban itu sendiri apa Kewajiban berasal dari kata wajib. . Menurut Prof. Notonegoro “Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.” Oleh karena itu, ketika kita sadar apa makna dari kewajiban maka semakin terasa berat sudah pundak kita, ternyata banyak sekali beban yang dipikul. Menjadi mahasiswa yang hanya focus kepada kewajiban berkulaih saja sudah terasa berat ya, ketika dosen membebankan tugas yang banyaknya dan tingkat kesulitannya bikin nangis-nangis sendiri, belum lagi mahasiswa yang memilih jalan untuk ikut berorganisasi yang mengikuti banyak kepanitiian, yang kerja part time, yang aktif di forum-forum diskusi terlebih lagi bagi mahasiswa yang diamanahi jabatan penting dalam orgnisasi atau forum-forum tersebut. Lengkap sudah yaa -_-
Buat pembaca yang memegang amanah double bahkan triple, terasa ga sih bahwa satu hari itu rasanya tidak cukup dalam memenuhi segala kewajiban kita? Mungkin ada yang akan berpendapat “siapa suruh nyusahin diri sendiri, udah tau waktunya ga banyak masih aja ikut organisasi, masih aja ikut kepanitian, mending focus belajar aja, ngerjain tugas ajalah dan sebagainya….” Kalau difikir-fikir benar juga sih, ngapain ikut organisasi, ngapain ikut kepanitian di kampus toh ga dapat bayaran juga kan cuma dapat lelahnya doang, malah waktu istirahatnya jadi berkurang? Tetapi di situlah pointnya, belajar tak melulu soal duduk manis di ruang kelas tetapi ada banyak pelajaran hidup yang tak akan kita dapatkan apabila kita hanya terfokus di ruang kelas. Ketika kita disibukkan oleh banyak hal yang baik-baik, yang “baik-baik” ya maka akan semakin bermanfaat waktu kita dan akhirnya kita menyadari bahwa 24 jam itu akan terasa sangat singkat. Dari situ kita belajar bagaimana seni mengatur waktu agar segala kewajiban dari manapun asalnya dapat dilakasanakan dengan seoptimal mungkin. Yuk bangun, yuk bangkit, ga ada lo gaess orang-orang yang penting itu tidurnya delapan jam per hari, ga ada. Cari tau deh, atau tanya orang-orang yang kamu anggap serius di dalam memimpin dan melaksanakan segala kewajiban akademiknya dengan sungguh-sungguh, pasti kamu akan mendapatkan jawaban yang sama. Seorang professor pernah menyampaikan bahwa untuk menyiapkan materi di kelas dibutukuhkan waktu hingga jam dua sampai tiga malam agar apa yang beliau sampaikan dapat disampaikan sebaik mungkin untuk para mahasiswanya, bayangkan jika professor itu sudah memiliki keluarga dan memiliki anak, maka waktunya tidak akan bisa terfokus untuk menjadi professor saja, namun ada focus-fokus lain yang harus segera terselesaikan yaitu mengurus keluarganya. Nah, orang-orang besar itu tidak akan terlepas dari pundak yang ringan, mereka akan dibebani terus menerus dengan kewajiban-kewajiban yang akan mengurangi waktu tidurnya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut, bukan untuk menonton drama korea atau kalian tahulah maksud penulis apa, wkwkwk. Percayalah semakin banyak kewajibanmu maka semakin naik pula levelmu. Maka sekarang adalah pilihan, ingin naikkah levelmu atau ingin menjadi yang biasa saja? Apakah sama orang yang lari dari menyibukkan diri dengan orang yang berusaha menyibukkan diri untuk hal yang bermanfaat? Lelah? Biarlah! Toh nanti kita akan mendapatkan jatah istirahat yang panjang kan? Ketika sudah tak berada di bumi ini lagi.